Sabtu, 14 April 2012

Persimpangan...


Hidup itu suatu masa yang cukup panjang, setiap saat selalu berubah-ubah dan terkekang oleh namanya waktu. Ada orang bilang hidup itu seperti roda yang selalu berputar sehingga kita terkadang dibawah dan terkadang diatas. Ada orang lain bilang hidup itu seperti kita naik kereta dan stasiun terakhir adalah tujuan yang ingin kita capai. Tapi bagiku hidup itu seperti jalan yang berliku-liku dan penuh persimpangan.
Harus darimana gue bercerita dan harus bagaimana mengakhiri hidup dipersimpangan, entah lah… Semua orang punya takdirnya masing-masing, semua orang punya jalannya masing-masing. Dan gue percaya akan hal itu, dan semoga berakhir dengan happy ending. Setiap jalan yang kita lalui tak selamanya lurus dan lancar, terkadang terdapat batu kerikil yang sedikit menghambat perjalanan kita untuk sampai pada tujuan kita. Bahkan terkadang kita dihadapkan suatu persimpangan jalan yang harus kita pilih, kanan ato kiri, baik ato buruk, iya ato tidak, entah lah… Semua itu tergantung pada kita yang menjalaninya.
Hidup ini seperti perjalanan yang cukup panjang mulai kita lahir dan sampai nafas telah berhenti. Setiap langkah yang kita buat akan menjadi suatu kenangan, suatu memori yang akan kita ingat dan orang lain kenang. Banyak orang yang hadir dalam kehidupan kita dan banyak pula orang yang pergi dalam kehidupan kita.  Semua orang punya impian dan semua orang tujuan untuk menjadi yang terbaik dalam hidupnya.
Persimpangan, persimpangan adalah suatu pilihan yang harus kita pilih walaupun kita tak tahu dimana titik akhirnya dan apakah persimpangan itu mendekatkan kita ato malah menjauhkan kita pada tujuan utama kita. Semakin dewasa semakin banyak persimpangan yang harus dipilih. Semua orang memilih persimpangannya masing-masing karena mereka yakin dan bisa untuk melampauinya.  Dan terkadang orang hanya mengikuti kemana arah arus membawanya. Memang nyaman bila hanya mengikuti arah arus yang membawa kita, tapi bagaimana bila arus itu sedikit demi sedikit mulai menghilang?? Entah lah…
Selama ini gue hanya mengikuti arah arus kemana arus membawa gue. Gue seperti sebatang kayu yang hanyut terbawa air, tak tahu bagaimana untuk berhenti. Saat ini gue hanya bisa berdiri tegap diantara persimpangan itu, dan tak tahu harus bagaimana untuk melangkah. Gue hanya bisa melihat mereka nyaman dengan pilihan mereka, mungkin mereka sudah berbeda dan berbedaan yang sangat jauh dengan gue. Apa gue harus putar balik dan melawan arah?? Itu mungkin hanya sia-sia saja. Dalam persimpangan ini gue bingung dan harus memilih, karena kali ini tak mau setengah hati untuk menjalaninya. Mungkin gue hanya bisa berdiri dipersimpangan ini, menunggu dan menunggu entah sampai kapan. Hingga sampai ada seseorang yang berasal dari salah satu ujung persimpangan disana mengulurkan  tangannya untukku. Dan selebihnya entah lah…

Senin, 02 April 2012

Hubungan Antara Sepatu dan Pacar


Jaman semakin berkembang dan tingkat keebutuhan sehari-hari terus meningkat pula. Bahkan kriteria-kriteria sosok seorang pendamping hidup juga terus semakin selektif untuk di pilih.  sebelum kita bahas lebih lanjut masalah tersebut, gue mengambil contoh saat kita membeli sepatu. Sepatu mungkin cocok untuk dikaitkan dengan masalah tersebut. Sebelum kita membeli sepatu pasti kita menentukan ukuran yang pas untuk kita, setelah ukuran telah sesuai pasti kita melirik ke warna. Banyak pilihan yang warna yang dapat kita pilih dari yang Cuma punya 1 warna maupun yang full color. Dari yang tanpa garis sampai bergaris-garis. Dari sabang sampai merauke #uupppss… setelah pilih warna pasti kita tidak lupa memperhatikan kualitasnya. Biasanya kualitas selalu berbanding lurus dengan harga semakin baik kualitasnya tentu saja semakin mahal harganya. Tapi selalu ada yang salah tentang orang Indonesia, mereka selalu mencari yang baik kualitasnya tapi murah harganya (murah tapi bagus). Ukuran, warna dan kualitas sudah terpenuhi pasti bicara tentang harga, jika 3 aspek diatas sudah terpenuhi maka harga bisa dinego. Walaupun harganya mahal pasti kita akan berusaha untuk mendapatkannya, dengan  menawar harganya atao menabung ato menyisihkan uang secara berteratur agar bisa untuk mendapatkannya. Jika uang telah terkumpul maka kita pasti segera membelinya agar tidak terdahului oleh pembeli yang lain. Dan jika terbeli maka kita akan senang dan akan selalu merawatnya tapi jika tidak terbeli pasti yang ada adalah penyesalan.
Seperti hanya sepatu, mencari pacar juga tak berbeda. Mulai dari menentukan kriteria-berkenalan-PDKT(Pendekatan)-nyatain cinta-pacaran/jomblo lagi. Banyak temen gue cerita tentang dia mencari pacar ato gebetan baru. Mereka sulit mencari gebetan tersebut karena tidak sesuai dengan kriteria-kriteria yang diinginkan. Banyak seseorang yang memilih sesuatu yang pas untuk dirinya dengan syarat-syarat yang ditentukannya. Tidak bedanya dengan hal sepatu tadi, pasti kita menentukan ukuran yaitu kriteria yang pas dengan kita, kriteria semakin berkembang seiring dengan kenangan masa lalu yang telah dilaluinya. Misalkan saja, kita mencari gebetan baru pasti harus lebih dari mantan-mantan kita yang kemaren. Bahkan kita sering membanding-bandingkan gebetan kita dengan mantan kita. Jika didalam membeli sepatu setelah menentukan ukuran maka memilih warna, memilih warna seperti halnya kita berkenalan. Ada peribahasa “Tak Kenal Maka Tak Sayang”, dalam pilih warna seperti kita mencari seseorang yang kita anggap cocok dengan kriteria kita dan lalu mengajaknya untuk berkenalan. Setelah berkenalan makanya masa PDKT (Pendekatan), dimasa-masa ini kita bisa memahami sifat, tingkah laku, kesukaan maupun hal yang di benci orang yang kita kenal. Seperti halnya sepatu disini kita melihat kualitas yang dimiliki. Kualitas yang bagus pasti harganya mahal, itu juga berlaku dalam PDKT, orang yang kita ketahui seluk beluknya seperti hanya sepatu yang telah jelas kualitasnya. Orang pas dengan kriteria ato bahkan lebih dari kriteria yang kita tentukan pasti sangat sulit kita dapatkan. Seperti halnya harga sepatu pasti kita akan mencoba untuk mendapatkannya. Didalam jual beli jika kita punya uang segeralah membelinya agar tidak terdahului orang lain. Setelah sekian lama PDKT pasti tiba saatnya untuk mengungkapkannya kalo dalam sepatu saat itu adalah saat kita membelinya. Seperti halnya kalimat sebelumnya, agar tidak di miliki orang lain maka unagkapkan cintamu sebelum terlambat. Tawar menawar agar sepatu itu dapat terbeli seperti hanya mengungkapkan cinta segala cara kita lakukan untuk meluluhkan hati si gebetan agar cinta kita diterimanya. Dalam hal jual beli jika kita sudah menawar harga maka yang menentukan terjual ato tidaknya adalah si penjual, sama halnya mengungkapi cinta, sejuta cara kita meluluhkan hatinya tapi tetap si gebetan yang menentukan. Jika penjual mengiyakan pasti kita senang dapat membelinya dan sebaliknya jika tidak. Hal tersebut pula juga perlaku di persoalan cinta, jika gebetan mau jadi pendamping kita pasti hati kita sangatlah bahagia dan jika tidak paling Cuma satu yang dirasa di hati, yaitu cuma nyesek. Seperti kata Raditya Dika “Jatuh cinta itu berjuta rasanya tapi jika cinta ditolak hanya satu yang dirasa, yaitu nyesek”.
Tapi bagian terakhir ini yang masih menjadi pertanyaan gue. Jika didalam jual beli saat tawar menawar tidak menemui kesepakatan harga ato harganya masih dianggap ketinggian maka tinggalkan penjual tersebut, saat anda berbalik arah seolah-olah tidak jadi membeli, nah saat itu biasanya penjual akan memanggil anda untuk kembali menawar dan biasanya akan terjadi kesepakatan harga. Apakah dalam mengungkapkan cinta mengenal hal itu??

Mata uang yang berlaku dimana saja


Gue gak bahas uang yang biasa kita gunakan sehari-hari dalam bertransaksi jual atao beli, tapi lebih dari uang. Inspirasi dalam tulisan ini gue bercermin pada tingkah laku babe gue. Babe gue seorang tentara, seorang calon tentara yang akan diangkat menjadi tentara, mereka bersumpah mau di tempatkan dimana saja demi intergritas pertahanan Negara. Gue banggga punya seorang babe seperti babe gue, babe gue sering ditugaskan keluar kota karena kedisplinannya dalam bekerja sehingga para komandannya sering memilihnya sebagai perwakilan. Tak disangka kedisplinannya membawanya kepada suatu penghargaan yang sangat mengagumkan beliau mendapatkan piagam perhargaan tentara teladan se-indonesia. Babe gue selalu melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya, seperti hanya kemarin dengan terpaksa babe gue pindah kerja di Merauke Papua, sebenernya yang harus pindah bukan babe gue, tapi babe gue yang menggantikannya. Dengan terpaksa dan profesionalitas dalam bekerja babe gue pindah tugas di Merauke. Selama ini, jika tentara yang dipindah tugaskan minimal 2-3 tahun baru bisa berpindah tugas kembali ke daerah asalnya. Tapi karena kejujuran, kedisplinan dan profesionalitas babe gue, beliau belum genap 6 bulan sudah dipindah tugaskan kembali ke daerah asalnya. Suatu rekor pindah tugas di era tentara modern.
Dari sini, kita dapat lihat bahwa kejujuran, kedisplinan dan profesionalitas dalam bekerja sangat dibutuhkan di jaman sekarang. Walaupun kita tak punya apapun harta berharga jika kita masih memiliki sifat jujur dan displin maka kita akan dicari. Karena pada jaman sekarang sulit untuk mencari seseorang yang memiliki sifat seperti itu.