Jaman semakin berkembang dan tingkat keebutuhan sehari-hari terus meningkat pula. Bahkan kriteria-kriteria sosok seorang pendamping hidup juga terus semakin selektif untuk di pilih. sebelum kita bahas lebih lanjut masalah tersebut, gue mengambil contoh saat kita membeli sepatu. Sepatu mungkin cocok untuk dikaitkan dengan masalah tersebut. Sebelum kita membeli sepatu pasti kita menentukan ukuran yang pas untuk kita, setelah ukuran telah sesuai pasti kita melirik ke warna. Banyak pilihan yang warna yang dapat kita pilih dari yang Cuma punya 1 warna maupun yang full color. Dari yang tanpa garis sampai bergaris-garis. Dari sabang sampai merauke #uupppss… setelah pilih warna pasti kita tidak lupa memperhatikan kualitasnya. Biasanya kualitas selalu berbanding lurus dengan harga semakin baik kualitasnya tentu saja semakin mahal harganya. Tapi selalu ada yang salah tentang orang Indonesia, mereka selalu mencari yang baik kualitasnya tapi murah harganya (murah tapi bagus). Ukuran, warna dan kualitas sudah terpenuhi pasti bicara tentang harga, jika 3 aspek diatas sudah terpenuhi maka harga bisa dinego. Walaupun harganya mahal pasti kita akan berusaha untuk mendapatkannya, dengan menawar harganya atao menabung ato menyisihkan uang secara berteratur agar bisa untuk mendapatkannya. Jika uang telah terkumpul maka kita pasti segera membelinya agar tidak terdahului oleh pembeli yang lain. Dan jika terbeli maka kita akan senang dan akan selalu merawatnya tapi jika tidak terbeli pasti yang ada adalah penyesalan.
Seperti hanya sepatu, mencari pacar juga tak berbeda. Mulai dari menentukan kriteria-berkenalan-PDKT(Pendekatan)-nyatain cinta-pacaran/jomblo lagi. Banyak temen gue cerita tentang dia mencari pacar ato gebetan baru. Mereka sulit mencari gebetan tersebut karena tidak sesuai dengan kriteria-kriteria yang diinginkan. Banyak seseorang yang memilih sesuatu yang pas untuk dirinya dengan syarat-syarat yang ditentukannya. Tidak bedanya dengan hal sepatu tadi, pasti kita menentukan ukuran yaitu kriteria yang pas dengan kita, kriteria semakin berkembang seiring dengan kenangan masa lalu yang telah dilaluinya. Misalkan saja, kita mencari gebetan baru pasti harus lebih dari mantan-mantan kita yang kemaren. Bahkan kita sering membanding-bandingkan gebetan kita dengan mantan kita. Jika didalam membeli sepatu setelah menentukan ukuran maka memilih warna, memilih warna seperti halnya kita berkenalan. Ada peribahasa “Tak Kenal Maka Tak Sayang”, dalam pilih warna seperti kita mencari seseorang yang kita anggap cocok dengan kriteria kita dan lalu mengajaknya untuk berkenalan. Setelah berkenalan makanya masa PDKT (Pendekatan), dimasa-masa ini kita bisa memahami sifat, tingkah laku, kesukaan maupun hal yang di benci orang yang kita kenal. Seperti halnya sepatu disini kita melihat kualitas yang dimiliki. Kualitas yang bagus pasti harganya mahal, itu juga berlaku dalam PDKT, orang yang kita ketahui seluk beluknya seperti hanya sepatu yang telah jelas kualitasnya. Orang pas dengan kriteria ato bahkan lebih dari kriteria yang kita tentukan pasti sangat sulit kita dapatkan. Seperti halnya harga sepatu pasti kita akan mencoba untuk mendapatkannya. Didalam jual beli jika kita punya uang segeralah membelinya agar tidak terdahului orang lain. Setelah sekian lama PDKT pasti tiba saatnya untuk mengungkapkannya kalo dalam sepatu saat itu adalah saat kita membelinya. Seperti halnya kalimat sebelumnya, agar tidak di miliki orang lain maka unagkapkan cintamu sebelum terlambat. Tawar menawar agar sepatu itu dapat terbeli seperti hanya mengungkapkan cinta segala cara kita lakukan untuk meluluhkan hati si gebetan agar cinta kita diterimanya. Dalam hal jual beli jika kita sudah menawar harga maka yang menentukan terjual ato tidaknya adalah si penjual, sama halnya mengungkapi cinta, sejuta cara kita meluluhkan hatinya tapi tetap si gebetan yang menentukan. Jika penjual mengiyakan pasti kita senang dapat membelinya dan sebaliknya jika tidak. Hal tersebut pula juga perlaku di persoalan cinta, jika gebetan mau jadi pendamping kita pasti hati kita sangatlah bahagia dan jika tidak paling Cuma satu yang dirasa di hati, yaitu cuma nyesek. Seperti kata Raditya Dika “Jatuh cinta itu berjuta rasanya tapi jika cinta ditolak hanya satu yang dirasa, yaitu nyesek”.
Tapi bagian terakhir ini yang masih menjadi pertanyaan gue. Jika didalam jual beli saat tawar menawar tidak menemui kesepakatan harga ato harganya masih dianggap ketinggian maka tinggalkan penjual tersebut, saat anda berbalik arah seolah-olah tidak jadi membeli, nah saat itu biasanya penjual akan memanggil anda untuk kembali menawar dan biasanya akan terjadi kesepakatan harga. Apakah dalam mengungkapkan cinta mengenal hal itu??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar